Dialog Seputar Cinta Rasul dan Maulid Nabi!
Sebenarnya adakah kaitan antara cinta Rasul dan perayaan maulid, alias hari kelahiran beliau? Pertanyaan ini mungkin terdengar aneh bagi mereka yang kerap merayakannya. Bagaimana tidak, sedang disana dibacakan sejarah hidup beliau, diiringi dengan syair-syair pujian dalam bahasa Arab untuk beliau (yang dikenal dengan nama burdah), yang kesemuanya tak lain demi mengenang jasa beliau dan memupuk cinta kita kepadanya…?
Dalam sebuah muktamar negara-negara Islam sedunia, salah seorang dai kondang dari Saudi yang bernama Dr. Said bin Misfir Al Qahthani, berjumpa dengan seorang tokoh Islam (syaikh) dari negara tetangga. Melihat pakaiannya yang khas ala Saudi, Syaikh tadi memulai pembicaraan[1]:
Syaikh : “Assalaamu ‘alaikum…”
Dr. Said : “Wa’alaikumussalaam warahmatullah wabaraatuh”
Syaikh : “Nampaknya Anda dari Saudi ya?”
Dr. Said : “Ya, benar”
Syaikh : “Oo, kalau begitu Anda termasuk mereka yang tidak cinta kepada Rasul…!”
(kaget bukan kepalang dengan ucapan Syaikh ini, ia berusaha menahan emosinya sembari bertanya):
Dr. Said : “Lho, mengapa bisa demikian?”
Syaikh : “Ya, sebab seluruh negara di dunia merayakan maulid Nabi kecuali negara Anda; Saudi Arabia… ini bukti bahwa kalian orang-orang Saudi tidak mencintai Rasulullah ”.
Dr. Said : “Demi Allah… tidak ada satu hal pun yang menghalangi kami dari merayakan maulid Beliau, kecuali karena kecintaan kami kepadanya!”
Syaikh : “Bagaimana bisa begitu??”
Dr. Said : “Anda bersedia diajak diskusi…?”
Syaikh : “Ya, silakan saja..”
Dr. Said : “Menurut Anda, perayaan Maulid merupakan ibadah ataukah maksiat?”
Syaikh : “Ibadah tentunya!” (dengan nada yakin).
Dr. Said : “Oke… apakah ibadah ini diketahui oleh Rosul , ataukah tidak?”
Syaikh : “Tentu beliau tahu akan hal ini”
Dr. Said : “Jika beliau tahu akan hal ini, lantas beliau sembunyikan ataukah beliau ajarkan kepada umatnya?”
(…. Sejenak syaikh ini terdiam. Ia sadar bahwa jika ia mengatakan: ya, maka pertanyaan berikutnya ialah:
Mana dalilnya?
Namun ia juga tidak mungkin mengatakan tidak, sebab konsekuensinya Nabi masih menyembunyikan sebagian ajaran Islam.
Akhirnya dengan terpaksa ia menjawab )
Syaikh : “Iya… beliau ajarkan kepada umatnya..”
Dr. Said : “Bisakah Anda mendatangkan dalil atas hal ini?”
(Syaikh pun terdiam seribu bahasa… ia tahu bahwa tidak ada satu dalil pun yang bisa dijadikan pegangan dalam hal ini…)
Syaikh : “Maaf, tidak bisa…”
Dr. Said : “Kalau begitu ia bukan ibadah, tapi maksiat”
Syaikh : “Oo tidak, ia bukan ibadah dan bukan juga maksiat, tapi bidáh hasanah”
Dr. Said : “Bagaimana Anda bisa menyebutnya sebagai bid’ah hasanah, padahal Rasul mengatakan bahwa setiap bid’ah itu sesat??”
Setelah berdialog cukup lama, akhirnya syaikh tadi mengakui bahwa sikap sahabatnyalah yang benar, dan bahwa maulid Nabi yang selama ini dirayakan memang tidak berdasar kepada dalil yang shahih sama sekali.
Ini merupakan sepenggal dialog yang menggambarkan apa yang ada di benak sebagian kaum muslimin terhadap sikap sebagian kalangan yang enggan merayakan maulid Nabi . Dialog singkat di atas tentunya tidak mewakili sikap seluruh kaum muslimin terhadap mereka yang tidak mau ikut maulidan. Kami yakin bahwa di sana masih ada orang-orang yang berpikiran terbuka dan obyektif, yang siap diajak berdiskusi untuk mencapai kebenaran sesungguhnya tentang hal ini.
Namun demikian, ada juga kalangan yang bersikap sebaliknya. Alias menutup mata, telinga, dan fikiran mereka untuk mendengar argumentasi pihak lain. Karenanya kartu truf terakhir mereka ialah memvonis pihak lain sebagai ‘wahhabi’ yang selalu dicitrakan sebagai ‘sekte Islam sempalan’, yang konon diisukan sebagai kelompok yang gampang membid’ahkan, mengkafirkan, mengingkari karomah para wali, dan sederet tuduhan lainnya.
Cara seperti ini bukanlah hal baru. Sejak dahulu pun mereka yang tidak senang kepada dakwah tauhid, selalu berusaha memberikan gelar-gelar buruk kepada para dainya. Tujuannya tak lain ialah agar masyarakat awam antipati terhadap mereka. Simaklah bagaimana Fir’aun dan kaumnya menggelari Musa dan Harun :
(57) Fir’aun mengatakan: “Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu hai Musa? (58) Sungguh kami pasti mendatangkan pula kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)”. (59) Musa menjawab: “Waktu pertemuan itu ialah di hari raya dan hendaklah manusia dikumpulkan pada waktu dhuha”. (60) Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (61) Musa berkata kepada mereka: “Celakalah kamu, janganlah kamu mengadakan kedustaan terhadap Allah, hingga Dia membinasakanmu dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. (62) Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (63) Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihirnya, dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama..” (QS Thaha: 57-63).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, (24) kepada Fir’aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: “Ia (Musa) adalah seorang ahli sihir yang pendusta” (QS Ghafir: 23-24).
Simak pula bagaimana kaum Nabi Luth hendak mengusir beliau dan para pengikutnya dengan tuduhan ‘orang-orang yang sok menyucikan diri’:
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda’wakan dirinya) bersih” (QS An Naml: 56).
Atau Nabi Shalih ‘alaihissalaam yang dianggap sombong dan pembohong oleh kaumnya… Allah berfirman:
(23) Kaum Tsamudpun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu). (24) Mereka berkata: “Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau begitu kita benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”, (25) Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya -yakni Nabi Shaleh u- di antara kita? Sebenarnya dia seorang yang amat pendusta lagi sombong”. (26) Kelak mereka akan tahu siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong.(QS Al Qamar: 23-26).
Sampai junjungan kita Rasulullah e pun tak luput dari julukan-julukan buruk kaumnya. Allah berfirman:
(1) Shaad, demi al-Qur’an yang mempunyai keagungan (2) Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (3) Betapa banyaknya ummat sebelum mereka yang telah kami binasakan, lau mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (4) Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata : “ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta” (QS Shaad: 1-4).
Jadi, banyaknya tuduhan-tuduhan jelek terhadap suatu golongan, mestinya tidak menghalangi kita untuk bersikap adil dan obyektif terhadap mereka. Karena boleh jadi kebenaran justeru berpihak kepada mereka, dan dalam hal ini yang menjadi patokan adalah dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits yang shahih.
Berangkat dari sini, penulis ingin mengajak para pembaca yang budiman untuk mendudukkan masalah perayaan maulid Nabi,
benarkah ia merupakan bid’ah hasanah?
Benarkah ia merupakan perwujudan cinta kepada Rosul yang dibenarkan?
Apakah asal muasal perayaan ini? dan berbagai masalah lainnya seputar maulid Nabi . Tentunya semua akan disajikan secara ilmiah dengan merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah, sesuai dengan pemahaman As Salafus shaleh.
_______
[1] Sebagaimana yang dituturkan sendiri oleh Dr. Said Al Qahthani ketika berkunjung ke kampus kami, Universitas Islam Madinah dan memberikan ceramah di sana.
Sumber: http://moslemsunnah.wordpress.com/2011/02/13/dialog-seputar-cinta-rasul-dan-maulid-nabi/
Subhanallah, syukron ustadz , ana akan bawa tulisan ini pada kajian kecil kami ikhwah satu RT, semoga dapat memberi perubahan pada orang di sekitar kami. Alhamdulillah..
ustadz, sy pernah mendengar orang NU berkata yang seperti ini:
“ibadah itu luas dan fleksibel. dan islam itu luas. orang wahabilah yang menyempitkan islam.
ibadah itu tidak harus secara terperinci nama- namanya di dalam Qur’an Hadits. orang wahabi menyesatkan perayaan maulid nabi. padahal maulid nabi acaranya adalah membacakan sirah nabi, bersolawat, dzikir, baca syair tentang nabi, ceramah agama, sodaqoh, silaturrahim. jadi orang wahabilah yang tersesat”.
ustadz, bagaimana menjawab pernyataan seperti ini?
Hee mawlid itu isinya apa?
Membaca kan sirah nabawiyah tho?itu bagus g?
Sekarang banyak warga N* bermawlid tidak menghususkan bulan2 hari2 tertentu
Hayooo dalam mawlid ada mauidhoh hasanh g?
Bahkan ada pembacaan kitab2 rutin..membedah hadist dan laian2
Berarti membaca sejarah Nabi…ada doanya juga ..pengajian juga ada juga pengkajian kitab hadist juga salah ya?
Baru tau aku…yg bener bagaimana ustadz?yang paling betul menurut Islam bagaimana caaranya Ustadz?
Jikalau masalah rebana dan syair2 yg mensiratkan cinta kepada Baginda Nabi itu masih pendapat khilafiyah…kitan bukan ulama bukan mujtahid…ibnu umar juga pernanh bersyair kpd Nabi…warga madinah juga ..dan banyak lagi…kalo itu salah wkt itu Rosululloh yg baik budi pekertinya lagsung deh bilang heeh itu salah…duff rebana dan apapun iitu silahakan…loooo emang bener sering membidahkan dan mentakfirkan g?klo g ya sudah…klo iya jgn disembunnyika…..selama saya mengkaji meneliti dan membaca sirah nawaboyah hadist nnabii dari yg shoheh samppai palsu blm pernah ada nabi berseru hai sahabatku itu bid’ah…itu syirik…slahkan sebutkan satu hadist saja
Assalamu’alaikum wr wb…
ikut komentar … saya wkt masih remaja termasuk pelopor dalam peringatan2an Maulid Nabi…seiring waktu berjalan…klu menurut saya memang peringatan maulid Nabi hanya tradisi,krn dicari sampai jungkir balik memang ngak ada dalilnya…
alhamdulillah di daerah saya sudah tidak adalagi peringatan maulid ini…saya tdk anti peringatan Maulid…Tapi memang yg sy lihat sekarang seakan sudah menjadi satu keharusan disetiap Masjid/Mushola walupun secara materi /tempat kurang memadai tetap menggelar peringatan Maulid,sehingga berdampak malah menggangu ketertipan umum seperti penutupan jalan sepihak yg mengakibatkan banyak orang terganggu,ini yg membuat sy kurang setuju…
tapi bukan wewenang saya untuk melarang saudara saudara yg tetap mengadakan peringatan…
wassalamu’alaikum wr wb.
Assalamu`alaikum warohmatullah wabarokatuh
Tanya pak : saya menemukan hadits tentang maulid
dia telah mendermakan satu gunung emas di jalan Allah’.”
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِي كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِي مَوْلِدِي فَكَأَنَّمَا أَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَهَبٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ.
Artinya: “Nabi saw bersabda: ‘Barang siapa mengagungkan hari kelahiranku, niscaya aku akan memberi syafa’at kepadanya kelak pada hari kiamat. Dan barang siapa mendermakan satu dirham di dalam menghormati hari kelahiranku, maka seakan-akan dia telah mendermakan satu gunung emas di jalan Allah’.”
hadits tersebut sohih apa tidak pak,
bukankah orang-orang NU ( ASWAJA ) banyak yang mumpuni banyak dari mereka yang hapal ribuan hadits. bahkan guru-guru merekan bisa ketemu kapan ia mau ( dalam mimpi )
massa ia hal sepele seperti peringatan maulid mereka tidak tau.
Jazakallahu khairan.
Wassalamu`alaikum warohmatullah wabarokatuh.
Assalamualaikum..
Saya mau nanya mas, lantas apa yang harus saya lakukkan ketika bulan maulud tiba,, jika semua perayaan maulid dilarang,, trimakasih
Assalamualaiikum warahmatullah,
Alhamdulillah, smg menjadi ladang amal yg tak terputus bagi admin dan kita yg mengambil manfaat,
mengamalkan dan mendakwahkan kpd diri sendiri dan keluarga,
mhn doa nya pak admin smg keluarga kami mendapat hidayah sunnah juga
wassalamualaikum warahmatullah
sy di medan, insyaa Allah hanya tiap hari minggu sy hadiri kajian sunnah di masjid univ negeri medan ( unimed),
di masjid unimed ada ustadz Ali Nur, Abu Ikhsan dll terkadang ada kajian tabliq akbar ustadz Badrussalam, Abu Qotadah di masjid Al Jihad jl Abdullah Lubis, Masjid Dakwah USU dan terkadang di Masjid Keuangan Medan, benar sebelumnya kajian sunnah di masijd Ulul Albab IAIN lama, sekarang ini pindah ke madjid unimed medan, Alhamdulillah sy sudah bertemu ustdz Novri
o iya Pak Admin, ada juga kajian sunnah salafiyin (majelis ilmu ahlu sunnah medan dan sekitarnya) ustadz nya abu abdillah fadhil di masjid arab masjid al masawwa, medan apakah ini bisa saya datangi ?
kebetulan sy baru kenal dan masjidnya msh dekat dgn tempat tinggal saya, jazakumullahu khairan
Cukup aku katakan kita sebagai muslim yg baik jgn saling hujat